Selasa, 13 September 2016

Memakan daging qurbanya sendiri

Memakan Daging qurbannya Sendiri
Dianjurkan bagi shahibul kurban untuk ikut memakan hewan qurbannya. Bahkan ada sebagian ulama menyatakan shahibul kurban wajib makan bagian hewan qurbannya. Ini berdasarkan firman Allah:
ﻓَﻜُﻠُﻮﺍْ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﺃَﻃْﻌِﻤُﻮﺍْ ﺍﻟْﺒَﺂﺋِﺲَ ﺍﻟْﻔَﻘِﻴﺮَ
“Makanlah darinya dan berikan kepada orang yang sangat membutuhkan.” (Qs. Al-Haj: 28)
Al-Qurthubi mengatakan, “Kalimat ‘Makanlah darinya’ merupakan perintah yang maknanya anjuran, menurut mayoritas ulama. Dianjurkan bagi seseorang untuk makan sebagian dari kurbannya dan memberikan yang lebih banyak sebagai sedekah. Mereka juga membolehkan untuk menyedekahkan semuanya… Sebagian ulama ada yang memiliki pendapat aneh, dimana mereka mewajibkan makan hewan kurban dan menyedekahkannya sesuai dengan makna tekstual ayat.” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, 12:44).
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini mengatakan,
“Sebagian ulama berdalil dengan hadis ini untuk menyatakan wajibnya makan daging kurban. Namun ini adalah pendapat yang aneh. Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah di atas hanyalah rukhshah (keringanan) dan sifatnya anjuran. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang sahih dari Jabir bin Abdillah
ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻤﺎ ﻧﺤﺮ ﻫﺪﻳﻪ ﺃﻣﺮ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺑﺪﻧﺔ ﺑﺒﻀﻌﺔ ﻓﺘﻄﺒﺦ، ﻓﺄﻛﻞ ﻣﻦ ﻟﺤﻤﻬﺎ، ﻭﺣﺴﺎ ﻣﻦ ﻣﺮﻗﻬﺎ
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah menyembelih hewannya, ia meminta sebagian daging dari untanya dan dimasak. Kemudian memakan dagingnya dan mencicipi kuahnya. (HR. Muslim).
Abdullah bin Wahb menyatakan bahwa Imam Malik pernah berkata kepadanya,
ﺃﺣﺐ ﺃﻥ ﻳﺄﻛﻞ ﻣﻦ ﺃﺿﺤﻴﺘﻪ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻘﻮﻝ : ﻓَﻜُﻠُﻮﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ
“Saya senang jika sohibul kurban makan daging kurbannya. Karena Allah berfirman, yang artinya: ‘Makanlah bagian hewan kurban’.” Ibnu Wahb mengatakan, Saya bertanya kepada Al-Laits dan ia menjawab dengan jawaban yang sama. (Tafsir Ibn Katsir , 5:416).
Bagaimana dengan akikah?
Para ulama menjelaskan bahwa cara penanganan akikah sama dengan cara penanganan kurban. Artinya, boleh dimakan sendiri dan disedekahkan kepada orang lain.
Ibnu Qudamah mengatakan, “Cara penanganannya (hewan akikah), dimakan atau dihadiahkan atau disedekahkan, sama dengan cara penanganan untuk kurban… Ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i. Ibnu Sirrin mengatakan, “Silahkan kelola daging akikah sesuai kehendak kalian.” (Al-Mughni , 11:120).

Selasa, 06 September 2016

Gus Dur & Ziarah qubur

Gus Dur & Ziarah Kubur

'Kuburkanlah dirimu dalam kekosongan' - adalah salah satu quote #GusDur. Selama hidupnya, Gus Dur meyakini bahwa kejayaan, kekuasaan, harta, dan lain-lain, hanyalah sebuah kefanaan. Itulah sebabnya, mengapa #GusDur bisa melepaskan jabatan kepresidenan karena tidak ingin ada pertumpahan darah. Kekuasaan bukan segalanya.

Jauh dari keinginan untuk menguasai, memiliki, & pengakuan. Pilihan hidup sederhana #GD berakar bhw semua yg ada dlm hidup hanya titipan. kesadaran #GusDur ttg kefanaan dlm kehidupan, menjadi spirit utk melihat realita dlm kacamata spiritual, begitu jg sebaliknya. Sehingga Gus Dur seringkali berkata 'Guru spiritual saya adalah realitas. Dan guru realitas saya adalah spiritualitas'. Bagaimana cara #GusDur menumbuhkan kesadaran tentang kefanaan dlm kehidupan? Salah satunya lewat ritual ziarah kubur. Lewat Ziarah kubur itulah, #GusDur mengambil banyak pelajaran dlm hidup. Keberanian utk menghadapi kedzoliman. mensucikan niat, dsb. saat ditanya ttg hobinya, #GusDur hanya jawab: "Saya datang ke makam, krn saya tahu. Mereka yg mati itu sdh tdk punya kepentingan lagi".

Senin, 05 September 2016

Nasehat Gus Dur

NASEHAT GUS DUR TENTANG SHOLAT

Bila engkau anggap sholat itu hanya penggugur kewajiban, maka kau akan terburu-buru mengerjakannya.

Bila kau anggap sholat hanya sebuah kewajiban, maka kau tak akan menikmati hadirnya Allah saat kau mengerjakannya.

Anggaplah sholat itu pertemuan yang kau nanti dengan Tuhanmu.

Anggaplah sholat itu sebagai cara terbaik kau bercerita dengan Allah SWT.

Anggaplah sholat itu sebagai kondisi terbaik untuk kau berkeluh kesah dengan Allah SWT.

Anggaplah sholat itu sebagai seriusnya kamu dalam bermimpi.

Bayangkan ketika "adzan berkumandang", tangan Allah melambai ke depanmu untuk mengajak kau lebih dekat dengan-Nya.

Bayangkan ketika kau " takbir", Allah melihatmu, Allah senyum untukmu dan Allah bangga terhadapmu.

Bayangkanlah ketika "rukuk", Allah menopang badanmu hingga kau tak terjatuh, hingga kau rasakan damai dalam sentuhan-Nya.

Bayangkan ketika "sujud", Allah mengelus kepalamu. Lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu: "Aku Mencintaimu hamba-Ku".

Bayangkan ketika kau "duduk di antara dua sujud", Allah berdiri gagah di depanmu, lalu mengatakan: "Aku tak akan diam apabila ada yang mengusikmu".

Bayangkan ketika kau memberi "salam", Allah menjawabnya, lalu kau seperti manusia berhati bersih setelah itu.

Salahkah bila dipribumikan

Gus Dur: "SALAHKAH BILA DIPRIBUMIKAN?"

Mengapa harus menggunakan kata shalat kalau kata sembahyang juga tidak kalah benarnya? Dahulu tuan guru atau kiai, sekarang harus ustadz dan syaikh, baru terasa berwibawa. Bukankah ini pertanda Islam tercerabut dari lokalitas yang semula mendukung kehadirannya di belahan bumi?

Gus Dur mengajak kita untuk kembali pada kesadaran identitas lokal. Islam yang tidak mencabut budaya dari umatnya. Gus Dur menyebutnya dengan pribumisasi Islam. Yang dipribumikan adalah manifestasi kehidupan Islam saja, bukan ajaran yang menyangkut inti keimanan dan peribadatan formalnya. Salahkah kalau islam dipribumikan sebagai manifestasi kehidupan?

Islam mengalami perubahan-perubahan besar dalam sejarahnya. Bukan ajarannya, melainkan penampilan kesejarahan itu sendiri, yang meliputi kelembagaannya. Mula-mula Nabi Muhammad yang membawa risalah, memipin masyarakat muslim pertama. Kemudian empat penganti (khulafatur rasyidin) meneruskan kepemimpinannya secara berturut-turut. Pergolakannya hebat berakhir berujung pada sistem pemerintahan monarki.begitu banyak perkembangan terjadi, sekarang ada sekian kerajaan mengajukan klaim sebagai negara Islam.

Hukum agama masa awal islam kemudian berkembang menjadi fiqh, yang kemudian, keberagaman pandangan fiqh tersebut disistematisasi menjadi buah madzhab fiqh dengan metodologi dan pemikiran hukum tersendiri.

Fenomena penyeragaman pandangan yang kian menguat melalui formalisasi Islam kini tampil dengan massif. Wacana yang ditawarkan menggeser pandangan kita terutama perihal identitas kita sebagai sebuah bangsa.

Masjid beratap genteng, yang sarat dengan simbolisasi lokal, kini dituntut untuk dikubahkan. Ikat kepala lokal harus mengalah pada sorban merah putih model yasser arafat. Tidakkah kehidupan kaum muslimin tercerabut dari akar-akar budaya lokalnya? Di negeri kita, sayup-sayup suara terdengar untuk menghadapkan Islam dengan pancasila secara konfrontatif.

(Dikutip dari: Tuhan tidak perlu dibela, hal 105-108)

Minggu, 04 September 2016

Malaikat Maut pernah menangis saat mencabut nyawa seorang wanita. Kisahnya yang mengharukan tercatat dalam Tadzkirah oleh Imam Qurthubi.

“Aku pernah menangis saat mencabut nyawa seorang wanita, ” kata Malaikat Maut. “Saat itu ia barusan melahirkan di padang pasir. Saya menangis saat mencabut nyawanya lantaran mendengar bayi itu menangis serta tak ada seseorang ada pula disana. ”

Tak ada sepengetahuan Malaikat Maut, karena ia hanya ditugaskan untuk mencabut nyawa, Allah Subhanahu wa Ta’ala lantas menyelamatkan bayi itu dengan langkahnya hingga lantas ia tumbuh besar serta jadi seorang ulama yang dicintaiNya.

Dalam narasi yang lain diceritakan narasi yang berbeda. Malaikat Maut ditugaskan mencabut nyawa seorang wanita yang terbenam di sungai. Yang membuatnya menangis, wanita itu memiliki dua anak yang masih tetap kecil. Ke-2 anak itu tak ditakdirkan wafat dunia hingga mereka selamat hingga ke tepian, bahkan Malaikat Maut ikut membantunya menepi.

Saksikan dua anak yang masihlah kecil itu, Malaikat Maut menangis karena ia mesti mencabut nyawa ibunya. Mereka bakal jadi anak-anak sebatang kara.
Th. untuk th. berlalu, dua anak itu selanjutnya tumbuh dewasa. Serta dengan izin Allah, ke-2 anak itu keduanya sama jadi raja di dua daerah yang berbeda.

Kita tidak pernah tahu kapan Malaikat Maut bakal tiba mencabut nyawa. Satu yang tentu, akan tidak ada yang dapat memajukan serta tunda kematian sesaatpun ketika Allah sudah memutuskan waktunya.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُم�’ لَايَس�’تَأ�’خِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَس�’تَق�’دِمُونَ 

Masing-masing umat mempunyai batas saat ; jadi jika telah datang waktunya mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaatpun serta tak dapat  (juga) memajukannya. (QS. Al A’raf : 34)

قُل�’ لَا أَم�’لِكُ لِنَف�’سِي ضَرًّا وَلَا نَف�’عًا إِلَّا مَاشَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُم�’ فَلَايَس�’تَأ�’خِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَس�’تَق�’دِمُونَ

Katakanlah : “Aku tak berkuasa mendatangkan kemudharatan serta tdk (juga) faedah pada diriku, namun apa yang dikehendaki Allah”. Semasing umat mempunyai ajal. Jika telah datang ajal mereka, jadi mereka tak dapat mengundurkannya barang sesaatpun serta tidak (juga) mengutamakan (nya). (QS. Yunus : 49)

وَلَن�’ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَف�’سًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌبِمَا تَع�’مَلُونَ

Serta Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang bila sudah datang saat kematiannya. Serta Allah Maha Tahu apa yang anda kerjakan.  (QS. Al Munafiqun : 11)

Bahkan juga walaupun Malaikat Maut iba juga, hal sejenis itu takkan tunda kematian yang telah dijadwalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’la. 

Tetapi, kita juga tidak dapat begitu takut dengan hari esok anak-anak serta keturunan kita. Mereka hidup, tumbuh serta besar tidaklah karena kita tetapi atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti cerita di atas, bahkan ditinggal oleh orangtuanya walau, Allah yang bakal bikin perlindungan mereka

Yang jadi butuh kita buat persiapan serta lebih kita cermati yaitu bekal kita hadapi kematian. Siapkah kita hadapi alam barzakh. Siapkah kita hadapi hari kebangkita. Siapkah kita hadapi yaumul hisab saat semua amal kita dibuka dihadapan semua makhluk. Sudahkah kita pikirkan, jika Malaikat Maut datang melalui langkah mendadak pada kita, di mana tempat tinggal kita kelak ; surga atau neraka?

Sabtu, 03 September 2016

Pesan Gus Dur

PESAN GUS DUR....
Dalam minuman *kopi* pada dasarnya terdiri dari 3 unsur, yaitu:
1. Kopi
2. Gula
3. Rasa
Yang mana dalam *filosofi kopi* di gambarkan sbb:
Kopi = Orang tua/wali
Gula = Guru
Rasa = siswa
Kasus 1
Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah?
Gula lah yg di salahkan karena terlalu sedikit hingga "rasa" kopi pahit
Kasus 2
Jika kopi terlalu manis
Siapa yg di salahkan?
Gula lagi karena terlalu banyak hingga "Rasa" kopi manis
Kasus 3
Jika takaran kopi & gula balance
Siapa yg di puji...?
Tentu semua akan berkata...
Kopinya mantaaap
Kmn gula yg mempunyai andil
Membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap
Itulah guru yg ketika "rasa" (siswa) terlalu manis (menyebabkan diabet) atw terlalu pahit (bermasalah) akan dipersalahkan
Tetapi ketika "rasa" mantap atau berprestasi mka orang tualah yang akan menepuk dadanya
"Anak siapa dulu"
Mari Ikhlas seperti Gula yg larut tak terlihat tapi sangat bermakna.
Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS... bukan KOPI GULA...
Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS... bukan TEH GULA...
ORANG menyebut ROTI MANIS... bukan ROTI GULA...
ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU....
padahal BAHAN DASARnya GULA....
Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS...
akan tetapi apabila berhubungan dgn Penyakit, barulah GULA disebut..PENYAK
IT GULA
BEGITUlah HIDUP.... Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah diSEBUT Orang....
Tapi kesalahan akan dibesar-besarkan...
IKHLASlah seperti GULA...
LARUTlah seperti GULA...
Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!!
Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...
tapi untuk DIRASAkan...

Jumat, 02 September 2016

Siapakah ahlussunnah wal jama'ah?

Siapakah Ahlussunnah wal Jama'ah?

Siapakah Ahlussunnah wal Jama'ah?
Mahbib, NU Online | Sabtu, 03 September 2016 09:08

Oleh Maulana Syekh Ali Jum'ah

Ahlussunnah Wal Jamā'ah (Aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Qur'an dan Sunnah), penafsiran dan penerapannya, dalam upaya melakukan tahqīq manāth (memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian) dan takhrīj manāth (memahami sebab hukum). Metodologi inilah yang melahirkan Aswaja.

Aswaja adalah mayoritas umat Islam sepanjang masa dan zaman, sehingga golongan lain menyebut mereka dengan sebutan: "Al-'Āmmah (orang-orang umum) atau Al-Jumhūr", karena lebih dari 90 persen umat Islam adalah Aswaja.

Mereka mentransmisikan teks wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya, menjabarkan yang mujmal (global), kemudian memanifestasikannya dalam kehidupan dunia ini, sehingga mereka memakmurkan bumi dan semua yang berada di atasnya.

Aswaja adalah golongan yang menjadikan hadis Jibrīl yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahīh-nya, sebagai dalil pembagian pilar agama menjadi tiga: Iman, Islam dan Ihsān, untuk kemudian membagikan ilmu kepada tiga ilmu utama, yaitu: akidah, fiqih dan suluk. Setiap imam dari para imam Aswaja telah melaksanakan tugas sesuai bakat yang Allah berikan.

Mereka bukan hanya memahami teks wahyu saja, tapi mereka juga menekankan pentingnya memahami realitas kehidupan. Al-Qarāfī dalam kitab Tamyīz Al-Ahkām menjelaskan: Kita harus memahami realitas kehidupan kita. Karena jika kita mengambil hukum yang ada di dalam kitab-kitab dan serta-merta menerapkannya kepada realitas apapun, tanpa kita pastikan kesesuaian antara sebab hukum dan realitas kejadian, maka kita telah menyesatkan manusia.

Disamping memahami teks wahyu dan memahami realitas, Aswaja juga menambahkan unsur penting ketiga, yaitu tata cara memanifestasikan atau menerapkan teks wahyu yang absolut kepada realitas kejadian yang bersifat relatif. Semua ini ditulis dengan jelas oleh mereka, dan ini juga yang dijalankan hingga saat ini. Segala puji hanya bagi Allah yang karena anugerah-Nya semua hal baik menjadi sempurna.

Inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok-kelompak radikal. Mereka tidak memahami teks wahyu. Mereka meyakini bahwa semua yang terlintas di benak mereka adalah kebenaran yang wajib mereka ikuti dengan patuh. Mereka tidak memahami realitas kehidupan. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada tataran realitas. Karena itu mereka sesat dan menyesatkan, seperti yang imam Al-Qarāfī jelaskan.

Aswaja tidak mengafirkan siapapun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar dari Islam, juga orang yang keluar dari barisan umat Islam. Aswaja tidak pernah mengafirkan orang yang salat menghadap kiblat. Aswaja tidak pernah menggiring manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti syahwat birahi (yang haram).

Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan, serta menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, atau fiqih, atau tasawuf:
(mengutip 3 bait dari Al-Burdah):

"Para nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para nabi sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah Pencipta manusia."

Aswaja berada di jalan cahaya terang yang malamnya seterang siangnya, orang yang keluar dari jalan itu pasti celaka.

Aswaja menyerukan pada kebajikan, dan melarang kemungkaran. Mereka juga waspada dalam menjalankan agama, mereka tidak pernah menjadikan kekerasan sebagai jalan.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa Al-Asy'arī, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "...hingga seseorang membunuh tetangganya, saudaranya, pamannya dan sepupunya.", Para sahabat tercengang: "Subhānallah, apakah saat itu mereka punya akal yang waras?" Rasulullah menjawab: "Tidak. Allah telah mencabut akal orang-orang yang hidup pada masa itu, sehingga mereka merasa benar, padahal mereka tidaklah dalam kebenaran."

Rasulullah juga bersabda: "Barangsiapa yang keluar dari barisan umatku, menikam (membunuh) orang saleh dan orang jahatnya, ia tidak peduli pada orang mukmin juga tidak menghormati orang yang melakukan perjanjian damai (ahlu dzimmah), sungguh dia bukanlah bagian dari saya, dan saya bukanlah bagian dari dia."

Aswaja memahami syariat dari awalnya. Mereka memahami "Bismillāhirrahmānirrahīm" (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Allah Menyebutkan dua nama-Nya, yaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah tidak mengatakan: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Membalas dan Maha Kuat". Justru Allah menyampaikan pesan keindahan dalam keindahan (melalui Ar-Rahmān dan Ar-Rahīm). Allah tidak mengenalkan diri-Nya dengan keagungan-Nya SWT.

Kami belajar "Bismillāhirrahmānirrahīm" di Al-Azhar. Para ulama Al-Azhar saat menafsirkannya menjelaskan dengan banyak ilmu. Mereka menjelaskan "Bismillāhirrahmānirrahīm" dari banyak perspektif ilmu: fiqih, mantiq (logika), akidah, suluk dan balaghah. Mereka sabar duduk menjelaskannya dengan begitu lama dan panjang, hingga kita menyangka bahwa penjelasan mereka tidak ada ujungnya.

Kemudian, setelah musibah (teror golongan radikal) ini menimpa, kita baru memahami bahwa metode mengajar ulama Al-Azhar itu merupakan kebenaran. Mereka membangun piramida (ilmu kita) sesuai cara yang benar: membangun pondasi piramida dari bawah, hingga sampai pada ujung lancipnya yang berada di atas. Sementara kelompok radikal membalik cara membangun piramida (ilmu mereka, ujungnya di bawah, dan pondasinya di atas) hingga piramida itu runtuh mengenai kepala mereka sendiri.

Aswaja tidak memungkiri peran akal, bahkan mereka mampu mensinergikan akal dan teks wahyu, serta mampu hidup damai bersama golongan lain. Aswaja tidak pernah membuat opini umum palsu (memprovokasi). Mereka tidak pernah bertabrakan (melakukan kekerasan) dengan siapapun di jagad raya. Aswaja justru membuka hati dan jiwa mereka untuk semua orang, hingga mereka berbondong-bondong masuk Islam.

Para ulama Aswaja telah melaksanakan apa yang harus mereka lakukan pada zaman mereka. Karena itu kita juga harus melaksanakan kewajiban kita di zaman ini dengan baik. Kita wajib memahami teks wahyu, memahami realitas dan mempelajari metode penerapan teks wahyu pada realitas.

Aswaja memperhatikan dengan cermat 4 faktor perubahan, yaitu: waktu, tempat, individu dan keadaan. Al-Qarāfī menulis kitab luar biasa yang bernama Al-Furūq untuk membangun naluri ilmiah (malakah) hingga kita mampu melihat perbedaan detail.
Awal yang benar akan mengantar pada akhir yang benar juga. Karena itu, barangsiapa yang mempelajari alfabet ilmu (pondasi awal ilmu) dengan salah, maka ia akan membaca dengan salah juga, lalu memahami dengan salah, kemudian menerapkan dengan salah, hingga ia menghalangi manusia dari jalan Allah tanpa ia sadari. Inilah yang terjadi (dan yang membedakan) antara orang yang belajar ilmu bermanfaat, terutama Al-Azhar sebagai pemimpin lembaga-lembaga keilmuan, dan antara orang yang mengikuti hawa nafsunya, merusak dunia dan menjelekkan citra Islam serta kaum muslimin.

Pesan saya kepada umat Islam dan dunia luar: Ketahuilah bahwa Al-Azhar adalah pembina Aswaja. Sungguh oknum-oknum (yang membencinya) telah menyebar kabar keji, dusta dan palsu bahwa Al-Azhar telah mengalami penetrasi (dan lumpuh). Mereka ingin membuat umat manusia meragukan Al-Azhar sebagai otoritas yang terpercaya, hingga mereka tidak mau kembali lagi kepada Al-Azhar sebagai tempat rujukan dan perlindungan.

Al-Azhar tetap berdiri dengan pertolongan Allah SWT, dibawah pimpinan grand syaikhnya. Setiap hari Al-Azhar berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan mulianya, juga membuka mata seluruh dunia, menyelamatkan mereka dari musibah (radikalisme) yang menimpa.
Al-Azhar tidak disusupi dan tak akan lumpuh selamanya hingga hari akhir, karena Allah Yang membangunnya dan melindunginya. Allah juga Yang mentakdirkan orang-orang pilihan-Nya untuk mejalankan manhaj Aswaja di Al-Azhar, meski orang fasik tidak menyukainya.

Doakanlah untuk kami, semoga Allah memberi kami tuntunan taufīq agar kami bisa melakukan hal yang dicintai dan diridhoi-Nya.

Doakan agar kami mampu menyebar luaskan agama yang benar ini, dengan pemahaman dan praktek yang benar juga, dan semoga kami mampu menjelaskan jalan yang penuh cahaya ini kepada umat manusia, sesuai ajaran Rasulullah.

Doakan kami semoga Allah membimbing kita semua -di muktamar ini, dan pasca muktamar- semoga muktamar ini bisa menjadi awal perbaikan citra Islam di kalangan korban Islamophobia, baik muslim maupun non-muslim.

*) Tulisan ini disampaikan pada sambutan pembukaan Muktamar Ahlussunnah wal-Jama'ah di Chechnya, 25 Agustus 2016. Teks Arab dialihbahasakan ke bahasan Indonesia oleh KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU

Jumat, 24 Juni 2016

Pujian

Allah, Wujud, Qidam,
Baqa
Mukhalafatu lil
hawaditsi
Qiyamuhu binafsihi
Wahdaniyah, Qudrat,
Iradat
Ilmu, Hayat, Sama',
Bashar,
Kalam, qaadiran,
muriidan
'Aliman, hayyan,
sami'an
Bashiiran,
mutakalliman
Asyhaduallailahaillallah
Waasyhadu anna
muhammadarrasulullah
Anyekseni ingsun
setuhune
Ora ana pengeran
kang sinembah
Kelawan sakbenere,
kang mesthi anane
kang mokal adame,
Nanging Allah
Anyekseni ingsun
setuhune
Kanjeng Nabi
Muhammad iku
Utusane Allah,
kawulane Allah
Kang rama Raden
Abdullah
Kang ibu Dewi Aminah
Ingkang lair ana
Mekah
Pindah ing Medinah
Jumeneng ing
Medinah
Gerah ing Medinah
Seda ing Medinah
Sinarekake ing
Medinah
Bangsane bangsa
Arab, Bangsa Rasul,
Bangsa Qures
Allahumma shalli 'ala
Muhammad
Wa'ala alaihi, Wa'ala
alaihi
Washahbihi wassalam
Allah, Ada, Terdahulu,
Kekal
Berbeda dengan
makhluk-Nya
Berdiri sendiri
Esa, Kuasa,
Berkehendak
Mengetahui, Hidup,
Mendengar, Melihat
Berbicara, berkuasa,
berkehendak
menentukan
mengetahui, hidup,
mendengar
melihat, berbicara
Asyhaduallailahaillallah
Waasyhadu anna
muhammadarrasulullah
Aku bersaksi
sesungguhnya
Tidak ada Tuhan yang
patut disembah
Dengan sebenar-
benarnya, yang
niscaya adanya
Yang mustahil
tiadanya, kecuali Allah
Aku bersaksi
sesungguhnya
Kanjeng Nabi
Muhammad itu
utusan Allah, hamba
Allah
Ayahnya Sayyid
Abdullah
Ibunya Siti Aminah
Yang lahir di Mekah
Hijrah ke Madinah
Besar di Madinah
Sakit di Madinah
Meninggal di Madinah
Dimakamkan di
Madinah
Bangsanya bangsa
Arab, bangsa Rasul,
Bangsa Quraisy
Allahumma shalli 'ala
Muhammad
Wa'ala alaihi, Wa'ala
alaihi
Washahbihi wassalam

Jumat, 08 Januari 2016

LIR ILIR

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten
anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing
kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh
dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing
pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo
mengko sore
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak iyo

Sholatullooh salaamullooh
'Alaa thoha rosulullooh
Sholatullooh salaamullooh
'Alaa yaasiin habibillaah
'Alaa yaasiin habibillaah

Tawasalna bibismillaah wabil hadi rosulillaah×2
Wa kulli mujaa hidilillaah bi
Biahlilbadriya allooh
Biahlilbadriya allooh

Kamis, 07 Januari 2016

THIBIL QULUB

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA.
MUHAMMADIN THIBBIL QULUBI
WADAWAIHA.
WA'AFIYATIL ABDANI WA SYIFA'IHA.
WA NUURIL ABSHOORI WADLIYAAIHA.
WA ALAA ALIHI WASHOHBIHI
WASALLIM.
PEPALI KI AGENG, SELO AMBERKAHI
OJO GAWE ANGKUH, OJO LADAK LAN
OJO JAHIL
OJO ATI SERAKAH LAN OJO CELIMUT,
OJO BURU ALEMAN LAN OJO LADAK
WONG LADAK PAN GELIS MATI, LAN
OJO ATI NGIWO
NIRUHO WONG MULYO, HABAIB
ULOMO
NIYAT HORMAT GOLEK TSAWAB UJAR
BERKAH KANG MINULYO
OJO SAMPE MODO, ORA KENO NYELO
LUWIH BECIK DEREK TINDAK LAMPAH
PINUJI MINULYO
TEMBUNG ALUS ATI ATI, LUNGGUHE
OJO SEMBRONO
SOPO NANDUR BAGUS, BAKAL PANEN
UGO
SENENG AYEM BAHAGIA, ANAK PUTU
SAK KLUWARGO
LAMUN DADI PENGGEDE, PRINTAH
ANAK BUAHE
OJO NGANTI KERAS KAKU, SAK
SENENG KAREPE DEWE
DADIYO SIRO PELINDUNG, PRINTAH
KELAWAN KIRO KIRO
ILING LAN WASPODO, DAWUH KANG
UTOMO
SENENGNO JIWAMU LAN ATIMU, OJO
SALAH TOMPO
PITUTUR KANG LUHUR, PRINTAHE
AGOMO
OJO SIMPANG SIUR, TINDAK NGAWUR
NDADEKNO SENGSORO
DADIYO WONG AGUNG KANG
MINULYO, TUMINDAK SEMPURNO
NINDAKI KEWAJIBAN, KANTI DASAR
IMAN
AKHLAQ BAGUS TUMUS, SABAR ALUS
NOTO ATI MAPAN
TA'AT LAN NGABEKTI, PERINTAHE
GUSTI
NINDAKNO NGIBADAH, NETEPI
PRINTAH AMAL KANG PINUJI
NYADONG RIDLO RAHMAT LAN
SYAFA'AT SAKING KANJENG NABI.

BISALIMI MUBIN

Sholatun bisalamil mubin…linugthotit
ta’yii ni ya ghoroomii)6X
Nabiyyuna kaana ashlattak wiini….min
ngahdi kun fayakuunu yaa ghoroomii
(2X)
back to *(2X)
Ayaman ja’ana khakkon nadhiiri…
mughiitsan musbilan subularoshaadi
(2X)
back to *(2X)
Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah (4X)
Rosulullahiyaa dhowiil jabiini…
wayaamanja’abil khakkil mubiin(2X)
back to *(2X)
Sholatulam tazal tutlaa ngalaika…
kami’ thorin nasiim tuhdaa ilaika (2X)
back to * (2X)
Makna nya:
Shalawat serta salam ku
persembahkan kepada mu wahai
kekasih ku
Sebagai bukti keteguhan ku,wahai
Nabi saw (kekasih ku)
Engkaulah sebenar2nya pemberi
peringatan pada masa mu
Wahai kekasih ku,wahai Rasulullah
saw yang bercahaya wajahnya
penunjuk jalan kebenaran
Tak lekang sholawat tercurah pada
mu wahai pembawa
kebenaran,laksana hembusan angin
yang kencang.

KISAH ROSUL

Rohatil athyaru tasydu, bi layaa lil
maulidi,
wa bariqunnu riyabdu, min ma’aani
Ahmadi
Wa bariqunnu riyabdu, min ma’aani
Ahmadi
bi layaa lil maulidi
Abdullah nama ayahnya
Aminah ibundanya
Abdul Muthallib kakeknya
Abu Thalib pamannya
Khadijah istri setia
Fathimah putri tercinta
Semua bernasab mulia
Dari Quraisy ternama..
Inilah Kisah Sang Rasul
yang penuh suka duka yang penuh
Suka duka
Dua bulan di kandungan
Wafat ayahandanya
Tahun gajah dilahirkan
Yatim dengan kakeknya
Sesuai adat yang ada
Disusui Halimah
Enam tahun usianya
Wafat Ibu tercinta
yang penuh suka duka yang penuh
Suka duka
Delapan tahun usia
Kakek meninggalkannya
Abu thalib pun menjaga
Paman paling membela
Saat kecil menggembala
Dagang saat remaja
Umur dua puluh lima
Memperistri Khadijah
yang penuh suka duka yang penuh
Suka duka
Di umur ketiga puluh
Mempersatukan bangsa
Saat peletakan batu
Hajar aswad mulia
Genap empat puluh tahun
Mendapatkan risalah
Ia pun menjadi Rasul
Akhir para Anbiya
yang penuh suka duka yang penuh
Suka duka

Rabu, 06 Januari 2016

SHOLAWAT BADAR

Sholatullooh salaamullooh
'Alaa thoha rosuulillaah
Sholatullooh salaamullooh
'Alaa yaasiin habibilaah
  Tawasalna bibismillaah
  Wabil hadi rosuulillaah2×
Wakulli mujaa hidilillaah
Biahlilbad riya allooh
Sholatullooh salaamullooh
'Alaa thoha rosuulillaah
Sholatullooh salaamullooh
'Alaa yaasiin habibillaah

Ilahiasllimil 'ummah
Minal affati waniq mah
Wamin hamin wamin ghummah
Biahlilbad riya allooh
  Repote dadi pedagang
  Sholate digawe gampang
  Opo maneh dagangane laris
  Durung sholat ngakune uwis
Repote wong nggarap sawah
Sholate sak wayah wayah
Opo maneh wayahe tandur
Sholate diundur undur
  Repote dadi petani
  Sholate terkadang lali
  Opo maneh wayahe panen
  Sholate ora tau kopen
Repote dadi pejabat
Sholate terkadang telat
Opo maneh wayahe rapat
Sholate diloncat loncat

Sholatululloohi malahat hawakib
Alahmad khoiriman rokiban najaaib

Ono bebek podo nglangi ing banyune
Nanging ngorong arep pedot gorokane
Endok cecak podo netes dadi macan
Anak macan dadi ulo do kluyuran
Kaprah gabus podo ngambang ing banyune
Watu item iku kelem sak mestine
Nanging ono gabus podo kelem
Watu item dikon kelem ora gelem
Lanang macak nuli wadon sak walike
Aduh ibu bapak kulo emutake
Wirang ilang turut dalan koyo kewan
Sopo sing ra melu edan ra keduman

Alloohul kafi robbunal kafi
Qoshodnal kafi wajadnal kafi
Likullin kafi kafanal kafi
Wani'mal kafi walhamdilillaah

Bapak NU ibu muslimat
Kakak banser adik fatayat
Ayo podo moco sholawat
Karo NU tiap malem jum'at

Sholatullooh salaamullooh
'Alaa thoha rosuulillaah
Sholatullooh salaamullooh
'Alaa yaasiin habibillaah